TABACA.ID – Polisi masih mengusut kasus dugaan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Rektor Universitas Pancasila (UP) nonaktif, Edie Toet Hendratno, setelah statusnya naik ke penyidikan. Dua korban dugaan pelecehan akan menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya.
“Rabu, 19 Juni 2024, korban RZ dan DF akan hadir di Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan sebagai saksi,” kata kuasa hukum korban, Amanda Manthovani, kepada wartawan, Selasa (18/6/2024).
Edie Toet dilaporkan atas dugaan pelecehan kepada dua orang perempuan. Pertama dilaporkan oleh perempuan berinisial RZ dengan Nomor LP/B/193/I/2024/SPKT/Polda Metro Jaya. Kemudian, laporan kedua dengan pelapor berinisial DF dengan Nomor LP/B/36/I/2024/SPKT/Bareskrim Polri.
Polda Metro Jaya telah memeriksa sejumlah saksi terkait kasus dugaan pelecehan seksual tersebut. Edie Toet juga sudah menjalani beberapa kali pemeriksaan untuk dimintai keterangan terkait laporan yang dilayangkan terhadapnya.
Kasus Naik Penyidikan
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi mengatakan pihaknya sudah menaikkan status dugaan pelecehan dengan terlapor Rektor UP nonaktif, Edie Toet Hendratno, ke tahap penyidikan.
“Perkembangan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oknum rektor di sebuah universitas swasta, bahwa perkaranya sudah ditingkatkan ke penyidikan. Jadi kasus pelecehan itu sudah naik ke tingkat penyidikan ya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan, Jumat (14/6/2024).
Ade mengatakan pihaknya telah melakukan gelar perkara hingga menemukan adanya peristiwa tindak pidana pelecehan. Dia memastikan proses hukum kasus itu akan terus berjalan.
“Bukti kumpulan informasi, kumpulan fakta, itu dikumpulkan semuanya oleh penyidik. Kemudian dipadukan, dicari kecocokan, yang jelas saat ini ditemukan adanya dugaan tindak pidana terhadap peristiwa yang dilaporkan sehingga sudah naik ke penyidikan,” ujarnya.
Edie telah buka suara dan membantah tuduhan tersebut. Dia menuding kasus ini terkait dengan proses pemilihan rektor.
“Mungkin Bapak-Ibu nggak bisa menggambarkan kesedihan saya. Malu saya dan juga sedih saya, karena apa? Selama saya mengabdi di dunia pendidikan, baru kali ini dijadikan korban character assassination atau pembunuhan karakter. Padahal seorang dosen, seorang guru, orang-orang yang betul menjaga etika dan budi. Saya sangat malu di depan semua orang,” kata Edie Toet dalam konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).
“Tapi inilah yang terjadi. Selama dua bulan ini, saya mendapat hinaan, cercaan, tuduhan yang tidak beretika yang itu tidak saya lakukan sama sekali. Saya menjadi sasaran utama kegiatan ini, yaitu pemilihan rektor. Pemilihan rektor bagi saya biasa saja. Karena apa? Di Pancasila, saya sudah 13 tahun jadi rektor,” sambungnya. (detikcom)